Pembongkaran rumah Atalarik Syach mendadak menjadi sorotan publik. Kejadian ini terjadi di Cibinong, Bogor, dan sekaligus menandai sebuah sengketa tanah yang telah berlangsung sejak 2015. Aktor ini telah berjuang mendapatkan hak atas tanah tersebut, namun hasilnya justru berujung pada pembongkaran yang mengejutkan.
Momen pembongkaran terjadi pada 15 Mei 2025 dan langsung viral berkat unggahan di media sosial sang aktor. Publik pun merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang situasi yang dialami Atalarik, menambah ketegangan pada cerita ini.
Pembongkaran Rumah Akibat Sengketa Tanah
Dalam video yang diunggah di Instagram, terlihat raut wajah Atalarik Syach yang penuh kekecewaan. Ia menyampaikan rasa frustrasinya karena tidak mendapat pemberitahuan sebelumnya mengenai pembongkaran rumahnya. Perasaannya tak adil ini diungkapkan dalam wawasannya, “Saya lagi dizalimi,” kata aktor tersebut.
Atalarik memperlihatkan kondisi rumahnya dalam video tersebut, di mana bagian atapnya sudah dibongkar. Yang lebih membuat Atalarik marah adalah ketidakjelasan dari pihak yang membongkar rumahnya. Ia merasa dikriminalisasi oleh aparat yang seharusnya memberikan penjelasan, namun justru terdiam. Hal inilah yang semakin membuatnya merasa terhina.
Reaksi Publik dan Karma yang Dinilai Netizen
Tindak lanjut dari situasi ini tak hanya mengundang perhatian, tetapi juga beragam komentar dari netizen. Beberapa mencurahkan dukungan dan semangat kepada Atalarik, sementara lainnya mengaitkan masalah ini dengan isu karma, merujuk pada konflik rumah tangganya yang lalu dengan mantan istri, Tsania Marwa.
Mendengar komentar tersebut, Atalarik terlihat santai dan justru tertawa. Pengacara yang mewakili Atalarik juga menegaskan bahwa situasi ini adalah masalah hukum yang terpisah dari masalah di kehidupan pribadi sang aktor. Pengacara tersebut meminta netizen untuk tidak mencampurkan antara urusan rumah tangga dan sengketa tanah, karena keduanya tidak ada pola hubungan yang relevan.
Konflik dengan Tsania Marwa
Atalarik dan Tsania menikah pada tahun 2012, namun tujuh tahun kemudian, mereka memilih untuk bercerai. Dari pernikahan tersebut, mereka dianugerahi dua orang anak. Saat ini, anak-anak tersebut berada di bawah pengasuhan Atalarik, sementara Tsania hanya bisa berjumpa saat di sekolah, karena tidak ada izin untuk menemui mereka di rumah.
Situasi rumah yang dieksekusi ini juga tidak terlepas dari hasil putusan Pengadilan Negeri Cibinong, yang menegaskan bahwa pembelian tanah yang dilakukan Atalarik dianggap tidak sah. Pihak yang menggugat, Dede Tasno, semakin memperumit permasalahan ini. Harapannya kini adalah agar masalah ini dapat diselesaikan dengan adil bagi kedua belah pihak.