Net sell asing, yang sering dikenal dengan istilah foreign flow, telah aktif melakukan transaksi jual bersih terhadap saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka lebih condong pada saham-saham domestik seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk.
Pada sesi perdagangan terbaru, yaitu Senin (10/3/2025), total foreign flow di seluruh pasar menyentuh angka Rp 843,7 miliar. Hal ini membawa akumulasi sepanjang tahun ini menjadi Rp 23,1 triliun, mencerminkan tren signifikan dalam aktivitas pasar.
Pengertian Dasar Net Sell Asing dan Net Buy Asing
Ketika terjun ke dalam pasar modal, istilah net buy asing dan net sell asing tidak lagi terdengar asing. Keduanya merujuk pada aktivitas jual-beli aset keuangan yang dilakukan oleh investor asing di suatu negara.
Net buy asing menggambarkan kondisi di mana investor asing membeli lebih banyak saham di pasar domestik dibandingkan menjualnya dalam periode tertentu. Sebaliknya, ketika kita berbicara tentang foreign flow, itu menunjukkan transaksi jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan beli. Lalu, bagaimana pengaruh komponen-komponen ini terhadap pasar keuangan?
Pengaruh Net Buy Asing dan Foreign Flow Terhadap Pasar Keuangan
Pengaruh net buy asing terhadap pasar cenderung bersifat positif. Kenaikan permintaan saham yang dibeli oleh investor asing dapat menguatkan mata uang domestik. Sebaliknya, situasi net sell asing berpotensi menyebabkan pelemahan mata uang, karena penawarkan yang tinggi.
Selain itu, net buy asing dapat berkontribusi pada peningkatan harga saham di pasar domestik, sementara net sell asing akan menekan harga lantaran adanya kelebihannya dari sisi penawaran dibandingkan permintaan. Sentimen pasar juga terpengaruh, dengan net buy asing biasanya menciptakan rasa percaya di kalangan investor, sebaliknya net sell asing dapat menimbulkan rasa khawatir atau ketidakpastian yang mengganggu stabilitas pasar saham domestik.
Imbas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Berbagai Sektor Saham
Melihat dampak nyata, lonjakan net sell asing pada hari Senin (10/3/2025) berimbas pada indeks harga saham gabungan (IHSG), yang turun 37,78 poin (0,57%) ke level 6.598,2. Ini menandakan berakhirnya momentum penguatan yang telah berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Dalam hal ini, tercatat sebanyak 226 saham mengalami kenaikan, sementara 368 saham mengalami penurunan dengan 210 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi menyentuh angka Rp 9,3 triliun, dan volume perdagangan mencapai 18,8 miliar saham dengan frekuensi 1,1 juta kali.
Menariknya, mayoritas sektor saham mengalami penurunan, dengan sektor barang baku dan perindustrian menjadi yang terparah, masing-masing mengalami penurunan sebesar 2,3%. Sektor kesehatan, properti, dan keuangan juga mencatatkan penurunan yang signifikan. Di sisi lain, sektor teknologi justru menunjukkan penguatan dengan pertumbuhan sebesar 5,9%.
Saham-Saham yang Justru Mengalami Kenaikan Signifikan
Di tengah badai net sell asing yang menggerus pasar, beberapa saham justru mencatatkan performa gemilang. Lima saham memasuki daftar top gainers, dan di antara mereka ada yang mencetak keuntungan hingga 34,6% dalam waktu yang singkat.
Dalam kelompok ini, terdapat PT Trimegah Karya Pratama Tbk yang melonjak 34,6% menjadi Rp 70, serta PT Sinar Terang Mandiri Tbk mengalami kenaikan 25% hingga menyentuh Rp 270. PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk juga mencatatkan pertumbuhan dari 19,8% menjadi Rp 15.850.
Saham lain yang turut mencuri perhatian adalah PT Fastfood Indonesia Tbk dan PT Aesler Group Internasional Tbk, masing-masing dengan kenaikan signifikan. Dalam konteks yang lebih luas, meskipun IHSG terguncang, beberapa indeks saham di Asia juga menunjukkan penurunan.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa memahami fenomena net sell dan net buy asing memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi pasar. Sentimen pasar bisa berubah secara cepat dan tidak selalu mencerminkan kondisi fundamental ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, penting bagi para investor untuk tetap tenang dan tidak terbawa arus dalam mengambil keputusan investasi.