www.fokusnasional.id – Gedung Grahadi adalah salah satu bangunan bersejarah yang terletak di jantung Kota Surabaya, berfungsi sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur. Memiliki arsitektur megah, Gedung Grahadi tidak hanya menarik perhatian karena kecantikannya, tetapi juga kaya akan sejarah yang layak untuk ditelusuri lebih dalam.
Sejak dibangun pada akhir abad ke-18, bangunan ini telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting di Indonesia. Lokasinya yang strategis di Jalan Gubernur Suryo membuatnya menjadi bagian integral dari perkembangan kota Surabaya hingga saat ini.
Oleh karena itu, penting untuk memahami lebih jauh mengenai perjalanan dan makna Gedung Grahadi dalam sejarah bangsa. Mari kita kupas berbagai aspek dari gedung ini yang membuatnya begitu istimewa.
Menelaah Perkembangan Sejarah Gedung Grahadi
Gedung Grahadi, yang terletak di Jalan Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Genteng, telah menjadi ikon kota Surabaya sejak didirikan. Di seberang gedung ini terdapat Taman Apsari, yang menambah keindahan area sekitarnya.
Pembangunan Gedung Grahadi dimulai pada tahun 1795 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Nama “Grahadi” diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti “rumah indah,” sesuatu yang mencerminkan arsitektur serta fungsinya dalam masyarakat.
Awalnya, gedung ini dibangun di lahan seluas 16.284 meter persegi yang dulunya milik seorang warga keturunan Tionghoa. Setelah dibeli oleh pemerintah kolonial, pembangunan gedung ini memerlukan biaya yang cukup besar, mencapai 14 ribu ringgit pada masa itu.
Arsitektur dan Desain yang Mempesona
Arsitektur Gedung Grahadi mengusung konsep Tuinhuis, yang merupakan rumah dengan taman dan kebun bunga. Gaya arsitektur ini adalah kombinasi rumah taman Eropa yang dipadukan dengan model Dutch Colonial yang kental.
Arsitek Ir. W. Lemci merancang gedung ini dengan tujuan utama sebagai tempat tinggal para pejabat kolonial. Salah satu penghuni pertama gedung ini adalah Dirk van Hogendorp, penguasa Hindia Belanda untuk wilayah Jawa Timur pada waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, Gedung Grahadi menjalani beberapa kali renovasi. Perubahan signifikan dilakukan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1802, yang berupaya memperbaiki tata letak bangunan agar lebih modern.
Peranan Penting Gedung di Masa Perjuangan
Pada masa kedudukan Jepang dari tahun 1942 hingga 1945, Gedung Grahadi berfungsi sebagai tempat tinggal pejabat militer Jepang. Di sini juga berlangsung sidang Raad van Justitie dan berbagai upacara resmi lainnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, gedung ini menjadi lokasi penting bagi perjuangan mempertahankan kebebasan. Di antara peristiwa penting, gedung ini menjadi tempat perundingan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Hawthorn dari Inggris.
Keberanian Gubernur Jawa Timur saat itu, Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, menolak ultimatum Inggris pada bulan November 1945 menandai momen krusial bagi Gedung Grahadi. Sayangnya, keputusan tersebut berbuah tragis, mengakibatkan gugurnya beliau sehari setelah penolakan.
Grahadi dalam Konteks Pemerintahan Modern
Kini, Gedung Grahadi berfungsi sebagai rumah dinas resmi Gubernur Jawa Timur, sekaligus simbol penting bagi masyarakat. Sejak tahun 1991, gedung ini juga dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata, memungkinkan masyarakat mengagumi keindahan serta makna sejarahnya.
Lebih dari sekedar tempat tinggal, Gedung Grahadi juga digunakan untuk menyambut tamu kenegaraan dan menggelar berbagai acara penting. Beberapa Presiden Republik Indonesia bahkan pernah tinggal di sini, menjadikannya lokasi yang sarat dengan kenangan sejarah.
Dengan warisan sejarah yang begitu kaya, Gedung Grahadi terus menjadi perhatian. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang sejarah dan makna Gedung Grahadi di Surabaya.