Berbicara mengenai Gunung Merapi, terdapat begitu banyak cerita menarik yang telah berkembang dari generasi ke generasi. Mulai dari kisah aktivitas gunung yang penuh misteri, mitos makhluk gaib penunggu Merapi, hingga sejarah leluhur yang menarik. Salah satu yang menjadi bagian dari narasi ini adalah kisah tentang Nyi Gadung Melati, yang tak pernah pudar dari ingatan masyarakat setempat.
Kisah Nyi Gadung Melati bukanlah cerita baru, bahkan hingga kini sering diceritakan oleh warga, terutama mereka yang tinggal di lereng Merapi, khususnya di wilayah Yogyakarta. Sosok ini tidak hanya menjadi bagian dari cerita rakyat, tetapi juga berkaitan erat dengan nilai-nilai kearifan lokal serta memiliki peran penting dalam kelangsungan budaya di daerah tersebut.
Mengulas Jejak Sejarah Nyi Gadung Melati
Berbagai sumber catatan sejarah menyimpan banyak cerita tentang sosok Nyi Gadung Melati. Konon, pada zaman dahulu, ia dikenal sebagai seorang janda yang hidup bersama putrinya yang cantik jelita, Nini Kelabang Retno. Tak ada satu permintaan pun dari putrinya yang tidak ia penuhi. Seorang ibu yang penuh cinta, berusaha memenuhi semua keinginan anaknya.
Suatu ketika, Kelabang Retno menginginkan sebuah taman yang indah dan asri. Namun, pekarangan rumah mereka memiliki tanah yang gersang dan tandus. Tak ingin membuat putrinya kecewa, Nyi Gadung Melati pun menggelar sayembara: siapa pun yang mampu menciptakan aliran air dan menghijaukan pekarangan mereka, akan diambil sebagai menantu. Sayembara ini menarik perhatian Ki Ageng Sukuh, yang datang dengan kesaktian untuk menyelesaikan tantangan tersebut.
Namun, Nyi Gadung Melati, yang melihat usia Ki Ageng Sukuh yang sudah lanjut, memutuskan untuk melanggar janjinya. Hal ini membuat Ki Ageng Sukuh murka, dan sebagai akibatnya, ia mengutuk Nyi Gadung Melati hingga berubah menjadi patung. Patung ini konon masih bisa ditemukan di Desa Sukuh, di kaki Gunung Merapi. Selain itu, sosoknya diabadikan dalam lukisan yang kini tersimpan di Museum Vulkanologi.
“Ini termasuk mitos, tetapi banyak pelaku spiritual Jawa percaya akan keberadaan sejarah Nyi Gadung Melati. Meskipun ada kemiripan dengan Nyi Roro Kidul, sosoknya mengenakan kemben berwarna hijau,” kata Ki Sumiran, salah satu pelaku spiritual yang mengenal sosok ini.
Wanita Tangguh Penjaga Alam Keraton Merapi
Meskipun sosoknya tak tampak, masyarakat percaya bahwa Nyi Gadung Melati senantiasa menjaga daerah sekitar Merapi. Kepercayaan ini mengisyaratkan bahwa ia memiliki kekuatan magis yang berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah di sekitar gunung. Masyarakat meyakini bahwa tanaman yang tumbuh subur di kawasan tersebut adalah bukti keberadaan dan kekuatan magisnya.
Bahkan, saat terjadi erupsi, banyak tanaman yang tidak mati tetapi justru tumbuh lebih subur ketika kondisi kembali aman. Keyakinan ini semakin mengakar di benak masyarakat bahwa semua itu merupakan bagian dari perlindungan yang diberikan oleh Nyi Gadung Melati. Keberanian dan kekuatan sosok ini membuatnya terkenal di kalangan penduduk lokal, yang menganggapnya sebagai penjaga alam dan perwakilan dari kekuatan spiritual.
Kerap Mengirimkan Sinyal Bahaya
Sejarah Nyi Gadung Melati tidak hanya berfokus pada kekuatan dan keberaniannya dalam menjaga alam, namun juga mencakup kepercayaan bahwa ia bisa menjadi penghubung antara dunia manusia dan kekuatan gaib Gunung Merapi. Banyak yang percaya bahwa jika sosoknya muncul dalam mimpi seseorang, itu bukan sekadar bunga tidur, melainkan pertanda penting dan sinyal dari alam.
Bagi masyarakat yang tinggal di lereng gunung, mimpi tentang Nyi Gadung Melati sering kali dianggap sebagai warning. Ketika seseorang bermimpi tentangnya, biasanya diiringi perasaan yang kuat, momen ini dianggap sebagai peringatan untuk bersiap menghadapi potensi bahaya. Kewaspadaan itu membuat mereka lebih peka terhadap perubahan alam sekitar, siap dengan segala kemungkinan yang dapat terjadi.
Tradisi Penghormatan
Perjalanan sejarah Nyi Gadung Melati tak bisa lepas dari panjangnya tradisi yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram. Sosoknya tak hanya disimpan dalam cerita rakyat, tetapi juga memiliki hubungan yang mendalam dengan spiritualitas dan tradisi masyarakat. Keberadaannya diyakini memiliki peran dalam menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuasaan.
Kepercayaan ini tampak jelas dalam berbagai upacara adat yang masih berlangsung hingga hari ini. Salah satu yang paling dikenal adalah ritual Labuhan, di mana dilakukan prosesi sesajen dari Keraton Yogyakarta ke beberapa titik penting, termasuk Gunung Merapi. Dalam ritual ini, “semekan” atau selendang bernama Gadung Melati menjadi bagian dari persembahan, mewakili penghormatan terhadap sosok ini.
Ritual-ritual ini bukan hanya dilaksanakan untuk menghormati Nyi Gadung Melati, tetapi juga menjadi pengingat kuat akan pentingnya menjaga kearifan lokal dan hubungan dengan alam. Semua ini telah menjadi bagian integral dari tradisi yang diwariskan turun-temurun, menjadikan sosok Nyi Gadung Melati sebagai bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya masyarakat sekitar Merapi.